Teknologi Beyond bio-organic "Beyonic"


Di tengah kelangkaan pupuk nasional, kita bisa mengenalkan alternatif teknologi memproduksi pupuk yang ramah lingkungan. Teknologi ini memungkinkan kemandirian dalam produksi. Kerusakan lahan pertanian yang sering didengung-dengungkan sebagian besar diakibatkan oleh penggunaan pupuk sintetis secara berlebihan yang pada akhirnya dapat merusak kesuburan tanah. Harapan Menristek mengatakan penemuan teknologi beyonic oleh para microbiologist LIPI dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi masalah ini dalam mengembalikan kesuburan tanah melalui penggunaan mikroorganisme yang sesuai.

pemanfaatan mikroba yang melimpah yang menjadi kekayaan hayati kita menjadi produk yang dapat meningkatkan produktifitas pertanian dan selanjutnya kesejahteraan petani sehingga mampu bersaing dengan koleganya di negara tetangga ujar Umar Anggara Jenie, Kepala LIPI dalam pembukaannya. Rekayasa teknologi yang didasari riset keilmuan multidisiplin dari mikrobiologi, fisiologi tumbuhan, ilmu tanah, bioteknologi dan lain-lain. akan terus dikembangkan sehingga tercipta produk yang selalu baru untuk menjawab tantangan baru, sepertihalnya teknologi Beyonic-LIPI ini.

Dengan teknologi Beyonic-LIPI ini, para peneliti-penelitinya ingin mencurahkan dedikasinya sesuai core competencenya di bidang mikrobilogi dalam membantu pembangunan pertanian yang berwawasan lingkungan dan bekelanjutan. Teknologi Beyonic-LIPI ini menekankan penggunaan mikroba yang teruji untuk membuat starter atau produk turunan starter yang berupa pupuk organik hayati.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI, Endang Sukara menyatakan, pemakaian pupuk sintetis serta penggunaan pestisida dan herbisida yang berlebihan merupakan salah satu penyebab tanah lahan pertanian mengalami penurunan kualitas. "Pengurangan pemakaian pupuk buatan ini menjadi salah satu concern LIPI, sebab selain mengurangi biaya produksi, juga membantu mengurangi emisi karbondioksida yang menjadi target pemerintah hingga tahun 2020".

Pemerintah memperkirakan, kebutuhan ketersediaan pupuk organik pada tahun 2010 mencapai lebih kurang 11,75 juta ton. "Untuk itu, pemanfaatan mikroba yang merupakan salah satu kekayaan hayati kita menjadi alternatif yang harus terus dikembangkan menjadi suatu produk untuk meningkatkan produktivitas pertanian dengan mengurangi pemakaian pupuk buatan".

Peneliti Pusat Penelitian Biologi (P2B) LIPI, Heddy Sulistyo menambahkan, "Saat ini, koleksi mikroba yang dimiliki LIPI yang ada di Puslit Bioteknologi (Biotechnology Culture Cotlection/BtCC) dan di Puslit Biologi (Biology Culture Coliection/BCC) termasuk mikroba endofitik (berasal dan diisolasi dari tumbuhan)". Selanjutnya "Mikroba-mikroba yang telah teruji, berguna untuk mengubah lahan pertanian menjadi lebih baik"

Selain ituTeknologi Beyonic-LIPI diharapkan dapat mengantisipasi dampak perubahan iklim karena dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Saat ini beberapa produk teknologi Beyonic-LIPI yang dihasilkan oleh LIPI masih memerlukan penelitian lebih lanjut guna meningkatkan kualitasnya.

Pada kesempatan acara yang sama di luncurkan juga Radar Pantai. Peluncuran ini didasari dari sumber daya laut yang melimpah belum dinikmati secara optimal oleh masyarakat. Pembangunan Radar Pantai lebih banyak terfokus pada daratan (terrestrial), sehingga negara-negara kontinental sering mempertanyakan kenapa riset kelautan Indonesia tidak menonjol. Perhatian pemerintah terhadap kelautan baru berjalan kurang dari 10 tahun, padahal laut merupakan 2/3 wilayah Indonesia. Dengan penemuan radar pantai ini diharapkan dapat membantu TNI angkatan laut untuk menjaga kaeamanan laut lepas pantai kita dari pencurian sumber daya laut oleh bangsa asing, ujar Menristek (rn/humasristek)