Rabu, 30 Juni 2010

"beyonic" teknologi pengolahan lahan bekas tambang

Istilah beyonic dikenal sebagai pupuk organik, adalah singkatan dari beyond bio-organic. Artinya, beyonic adalah teknologi untuk menjadikan pupuk organik tidak sekadar sebagai pupuk penyubur tanaman, juga untuk pemulihan lahan dengan meningkatkan unsur hara. Sehingga teknologi beyonic ini dapat diaplikasikan di lahan bekas tambang untuk pemulihan lahan dengan kadar logam berat tinggi.

Di lahan bekas tambang biasanya terdapat total karbon, mikronutrien, dan nitrogen yang rendah, sedangkan kandungan sulfur dan logam beratnya tinggi. Untuk mengembalikan kesuburan  tanah bekas tambang, maka dilakukan peningkatan karbon .

Pupuk beyonic yang digunakan adalah dibuat dari composting tumbuhan misalnya enceng gondok dan ditambahkan beberapa mikroba untuk menjalankan fungsi  untuk menyerap logam berat atau senyawa kimia lain yang berlebihan di lahan tersebut. Mikroba penambat nitrogen juga disertakan untuk meningkatkan ketersediaan nitrogen. Pada beberapa tailing terdapat kadar total fosfat tinggi yang perlu dilarutkan supaya tanaman mudah tumbuh, untuk itu perlu ditambahkan mikroba yang melarutkan fosfat misalnya Bacillus dan Pseudomonas.

Setelah peningkatan fungsi lahan dengan beyonic, perlu dilakukan pemulihan lahan bekas tambang menggunakan teknologi fitoremediasi, karena lahan bekas tambang mengandung kadar logam berat. Fitoremediasi didefinisikan sebagai pencucian polutan yang dimediasi oleh tumbuhan berfotosintesis. Semua tumbuhan menyerap logam, tetapi beberapa tumbuhan mampu mengakumulasi unsur logam tertentu dalam konsentrasi tinggi.

Pemulihan lahan bekas tambang diutamakan agar lahan bisa ditanami kembali, dan tanaman yang dipilih adalah tanaman yang tumbuh cepat. Terdapat empat tanaman yang mempunyai kemampuan tumbuh cepat, yaitu angsana (Pterocarpus indicus), sengon buto (Enterolobium cuclocarpum), Paraseriantes falcataria, dan Acasia mangium. Untuk jenis tanaman yang mampu mengakumulasi logam berat dalam konsentrasi tinggi antara lain adalah Mimosa pigra, Crotalaria juncea, Crotalaria sp.dan Ipomoea sp.

Revegetasi lahan bekas tambang merupakan langkah awal untuk menyelamatkan lingkungan dari kerusakan akibat penambangan.

Jumat, 18 Juni 2010

Membangun rumah ramah lingkungan

Menjaga kelestarian lingkungan hidup adalah kewajiban kita semua. Ditengah kehidupan bermasyarakat dengan sifat egoisme manusia, setiap orang lebih memilih untuk memelihara lingkungan sebatas pada area pribadi dan mengabaikan area publik. Namun setiap sebagian kecil lingkungan adalah adalah bertautan dengan sebagian lainnya, sehingga perubahan kualitas lingkungan di area yang kecil sekalipun akan dan pasti mempengeruhi kualitas lingkungan area yang lebih luas.

Oleh karena itu sebagai masyarakat yang memiliki kewajiban untuk menjaga kelestarian lingkungan, dapat dimulai dari sebuah area yang kecil yaitu rumah kita. Penerapan perilaku dan aplikasi teknologi pengelolaan lingkungan untuk rumah kita, adalah sebuah tantangan kita untuk memperbaiki kualitas lingkungan, juga mengurangi efek pemanasan global sebagai issue yang mendunia.

Ada beberapa teknologi yang dapat diterapkan pada rumah kita agar menjadi sebuah rumah yang ramah lingkungan yaitu :
  • membangun instalasi pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter (tata cara pembuatan dapat di download  klik disini dengan standar SNI)
  • membuat sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan (tata cara pembuatan dapat di download klik disini dengan standar SNI)
  • beberapa teknologi lainnya masih dalam pencarian, yang selanjutnya akan saya edit untuk penyajian berikutnya. 

Beberapa tips berikut dapat di terapkan di rumah kita, sebagai tantangan untuk menjawab issue emanasan global :

1. Optimalkan ventilasi silang untuk mengurangi ketergantungan pada AC
    AC mengeluarkan zat yang menyebabkan kerusakan lapisan ozon. Selain itu ia memiliki beban listrik yang tinggi. Jendela saat ini sudah jarang yang memiliki lubang hawa, bahayanya karena ia ternyata memang sengaja dirancang untuk ruang ber-AC. AC memang merupakan alat utama dalam mengatur kondisi udara interior, namun ia bukanlah merupakan solusi arsitektural.
    Salah satu langkah desain yang paling mudah adalah dengan menempatkan banyak bukaan pada daerah-daerah tertentu yang mengoptimalkan pergerakan udara di dalam. Namun yang menjadi kendala adalah adanya lubang ventilasi juga menyebabkan nyamuk masuk. Tetapi hal tersebut dapat disiasati dengan memasang kasa anti-nyamuk, dan memperbanyak tanaman penakut nyamuk di halaman rumah anda yang sekaligus berfungsi sebagai buffer debu.


2. Kurangi Penggunaan listrik dengan pemaksimalan cahaya masuk
    Sebagian besar listrik dunia dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fossil. Dan hasil pembakaran tersebut adalah CO2 yaitu senyawa perusak lapisan ozon yang tentunya adalah penyebab utama pemanasan global.
    Semakin besar jendela rumah anda, semakin bagus kualitas ruang anda terutama pada siang hari. Tapi berhati-hatilah terhadap bukaan menghadap timur dan barat, karena dapat menyebabkan radiasi berlebih yang justru membuat suhu rumah menjadi lebih panas.


3. Gunakan bahan Ramah lingkungan
    Kayu telah berubah statusnya dari sumber daya tak terbatas menjadi terbatas. Hingga kini kayu tetap menjadi elemen utama dalam bangunan. Tapi dengan sedikit googling kita akan sadar bahwa menggunakan kayu = menebang pohon lagi dari hutan = meningkatkan kadar CO2 di udara = merusak lapisan ozon = membuat bumi panas. Kita wajib sadar bahwa dengan level penggunaan kayu saat ini lama kelamaan hutan kita habis.
    Untuk rangka atap, baja ringan telah menjadi populer belakangan ini karena harganya yg makin terjangkau. Sebagai alternatif pengganti kusen dan daun pintu kita dapat menggunakan bahan alumunium atau PVC yang sayangnya masih terlewat mahal, namun tidak lama lagi akan turun seiring dengan meningkatnya produksi.
    Untuk membuat rumah anda 100% ramah lingkungan memang belum mungkin karena bagaimanapun juga material dasar seperti semen, baja, kaca, pasir, dan batu2 alami diperoleh dengan mengeksploitasi lingkungan atau dalam teknologi pengolahnya menghasilkan zat-zat yang merusak.

 Semoga bermanfaat...

Teknologi Beyond bio-organic "Beyonic"

Di tengah kelangkaan pupuk nasional, kita bisa mengenalkan alternatif teknologi memproduksi pupuk yang ramah lingkungan. Teknologi ini memungkinkan kemandirian dalam produksi. Kerusakan lahan pertanian yang sering didengung-dengungkan sebagian besar diakibatkan oleh penggunaan pupuk sintetis secara berlebihan yang pada akhirnya dapat merusak kesuburan tanah. Harapan Menristek mengatakan penemuan teknologi beyonic oleh para microbiologist LIPI dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi masalah ini dalam mengembalikan kesuburan tanah melalui penggunaan mikroorganisme yang sesuai.

pemanfaatan mikroba yang melimpah yang menjadi kekayaan hayatii kita menjadi produk yang dapat meningkatkan produktifitas pertanian dan selanjutnya kesejahteraan petani sehingga mampu bersaing dengan koleganya di negara tetangga ujar Umar Anggara Jenie, Kepala LIPI dalam pembukaannya. Rekayasa teknologi yang didasari riset keilmuan multidisiplin dari mikrobiologi, fisiologi tumbuhan, ilmu tanah, bioteknologi dan lain-lain. akan terus dikembangkan sehingga tercipta produk yang selalu baru untuk menjawab tantangan baru, sepertihalnya teknologi Beyonic-LIPI ini.

Dengan teknologi Beyonic-LIPI ini, para peneliti-penelitinya ingin mencurahkan dedikasinya sesuai core competencenya di bidang mikrobilogi dalam membantu pembangunan pertanian yang berwawasan lingkungan dan bekelanjutan. Teknologi Beyonic-LIPI ini menekankan penggunaan mikroba yang teruji untuk membuat starter atau produk turunan starter yang berupa pupuk organik hayati.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI, Endang Sukara menyatakan, pemakaian pupuk sintetis serta penggunaan pestisida dan herbisida yang berlebihan merupakan salah satu penyebab tanah lahan pertanian mengalami penurunan kualitas. "Pengurangan pemakaian pupuk buatan ini menjadi salah satu concern LIPI, sebab selain mengurangi biaya produksi, juga membantu mengurangi emisi karbondioksida yang menjadi target pemerintah hingga tahun 2020".

Pemerintah memperkirakan, kebutuhan ketersediaan pupuk organik pada tahun 2010 mencapai lebih kurang 11,75 juta ton. "Untuk itu, pemanfaatan mikroba yang merupakan salah satu kekayaan hayati kita menjadi alternatif yang harus terus dikembangkan menjadi suatu produk untuk meningkatkan produktivitas pertanian dengan mengurangi pemakaian pupuk buatan".

Peneliti Pusat Penelitian Biologi (P2B) LIPI, Heddy Sulistyo menambahkan, "Saat ini, koleksi mikroba yang dimiliki LIPI yang ada di Puslit Bioteknologi (Biotechnology Culture Cotlection/BtCC) dan di Puslit Biologi (Biology Culture Coliection/BCC) termasuk mikroba endofitik (berasal dan diisolasi dari tumbuhan)". Selanjutnya "Mikroba-mikroba yang telah teruji, berguna untuk mengubah lahan pertanian menjadi lebih baik"

Selain ituTeknologi Beyonic-LIPI diharapkan dapat mengantisipasi dampak perubahan iklim karena dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Saat ini beberapa produk teknologi Beyonic-LIPI yang dihasilkan oleh LIPI masih memerlukan penelitian lebih lanjut guna meningkatkan kualitasnya.

Pada kesempatan acara yang sama di luncurkan juga Radar Pantai. Peluncuran ini didasari dari sumber daya laut yang melimpah belum dinikmati secara optimal oleh masyarakat. Pembangunan Radar Pantai lebih banyak terfokus pada daratan (terrestrial), sehingga negara-negara kontinental sering mempertanyakan kenapa riset kelautan Indonesia tidak menonjol. Perhatian pemerintah terhadap kelautan baru berjalan kurang dari 10 tahun, padahal laut merupakan 2/3 wilayah Indonesia. Dengan penemuan radar pantai ini diharapkan dapat membantu TNI angkatan laut untuk menjaga kaeamanan laut lepas pantai kita dari pencurian sumber daya laut oleh bangsa asing, ujar Menristek (rn/humasristek)



Sumber : menristek & LIPI